Ini adalah sambungan dari postingan sebelumnya, jika Anda belum membacanya silahkan
baca disini. OK lanjut !!
Siapkan sepatu jalan yang nyaman, tanpa terlalu banyak aksesori bergelantungan. Karena di mall tanpa ujung di Yiwu, Anda bakal berjalan berjam-jam. Mengunjungi The China Yiwu International Trade City merupakan sebuah tantangan fisik.
Pusat grosir itu benar-benar seperti tak punya ujung. Dan, jangan punya harapan muluk bisa mengunjungi semua blok atau toko di dalamnya. Jangankan semua, dalam sehari, sepuluh persen saja mungkin tidak tercapai. Jalan ke semua blok saja belum tentu bisa dilakukan.
Kan sudah ada hitungannya. Kalau ingin mengunjungi semua dari 30 ribuan toko di dalamnya, masing-masing satu menit, delapan jam dalam sehari, Anda akan butuh dua bulan untuk “menamatkan” Trade City tersebut.
Di antara dua bangunan superpanjang yang membentuknya, yang paling menantang kekuatan jalan adalah bangunan kedua. Blok F sampai H. Ada bagian yang empat lantai, ada yang lima lantai.
Bangunan kedua itu merupakan blok yang terbaru. Begitu masuk dari dekat ujung Blok H, kesan yang didapat tidak seperti pusat grosir di Indonesia yang supersibuk. Kesannya luas dan tenang. Jalannya lebar-lebar, dengan lapisan keramik yang rapi.
Berbagai barang bisa didapatkan di Trade City ini. Di Blok H itu, lantai pertama full jualan kacamata. Ya, kacamata-kacamata plastik murah yang Anda beli di pinggir jalan atau pertokoan di Indonesia sangat mungkin dulunya kulakan di Yiwu.
Lantai dua penuh dengan penjual sporting goods. Aneka ragam bola, mulai basket sampai kelereng, aneka raket, tali skipping, peralatan fitness, dan lain-lain ada di sana. Lantai tiga adalah stationery, mulai pulpen, notebook, dan sebagainya. Sedangkan lantai empat penuh dengan produk kosmetik.
Toko-tokonya berukuran standar, kira-kira 2 x 3 meter. Ada yang lebih besar, bergantung berapa kavling yang disewa atau dibeli. Hampir semua punya pola penjualan sama.
Masing-masing toko biasanya hanya dijaga satu atau dua orang. Setiap toko punya meja, hampir semua dilengkapi komputer. Karena tak banyak pengunjung, para penjaga biasanya duduk-duduk di depan layar komputer. Toko-toko itu tidak dipenuhi barang seperti pusat grosir di Indonesia. Bahkan, masing-masing barang hanya ada satu buah yang digunakan sebagai sample saja.
Kalau kita tertarik membeli, mereka akan memberikan quotation. Berapa jumlah barang yang Anda pesan menentukan harga akhirnya. Kalau mau beli satu-satu, mereka biasanya akan menolak sambil sedikit melotot, yach namanya juga pusat grosir kok beli eceran :)
Namun, ada sedikit trik yang bisa teman-teman lakukan untuk mendapatkan barang yang diidamkan. Bilang saja tertarik ingin order, tapi butuh barang sample. Jangan terburu-buru, pura-pura saja menanyakan harga berbagai barang, lalu pura-pura tawar-menawar jumlah pesanan dan harga barang per buah. Butuh waktu, tapi biasanya berhasil.
Pakai bahasa apa? Tenang. Banyak penjaga stan di Trade City itu bisa bahasa Inggris. Tidak bisa diajak ngobrol banyak, tapi cukup untuk negosiasi harga dan jumlah. Kalaupun kerepotan, selalu ada bahasa lain yang lebih efektif: Bahasa kalkulator dan tulisan angka di kertas.
Pusat grosir Yiwu memang tidak butuh jualan eceran. Trade City itu melayani penjualan berbagai industri yang tersebar di Provinsi Zhejiang. Provinsi itu memang luar biasa, membuat berbagai produk yang kita miliki dan sehari-hari kita gunakan.
Seperempat sepatu Made in China dibuat di provinsi ini, tepatnya di Kota Wenzhou. Kota Wuyi menghasilkan satu miliar kartu permainan per tahun. Sepertiga kaus kaki di dunia dibuat di Datang. Sebanyak 350 juta payung diproduksi di Songxia setiap tahun.
Bukan hanya itu. Hobi main pingpong? Sangat mungkin paddle (bat) Anda dibuat di Shangguan. Pulpen Anda dibuat di Fenshui. Sebanyak 40 persen dasi di dunia diproduksi di Shengzhou. Sekarang perhatikan kancing baju Anda. Mungkin itu dibuat di Qiatou, sebuah kota kecil dengan penduduk hanya 64 ribu orang. Menurut catatan, sampai 70 persen kancing baju di Tiongkok dibuat di kota itu.
Dari Blok H, kami berjalan ke arah Blok G. Blok ini yang mungkin paling disuka emak-emak penggila belanja. Kenapa? Lantai pertama penuh dengan tas dan dompet. Bagi penggemar tas-tas KW branded atau tas bermerek yang palsu, mungkin di sini bukan tempatnya. Di sini bahan, model, dan jenisnya luar biasa bervariasi, namun banyak yang tidak bermerek atau merek lokal.
Masuk akal juga sih. Kita bisa beli banyak di sini, lalu pasang merek sendiri. Yups orang sana memang cerdik biar tidak kena pasal pembajakan (mungkin), mereka menjual tas polos. Dan ada sendiri toko yang melayani pembuatan merk + label + packingnya.
Sempat melihat toko dompet yang menjual merek Eropa palsu. Waktu di Tianjin, harganya sekitar 60 yuan atau Rp 75 ribu. Di Indonesia, harga di tokopedia sekitar Rp 250 ribu. Berapa harganya di Yiwu? Hanya 30 yuan atau Rp 37.500 per buah. Itu belum ditawar. Tapi, kita memang tak boleh beli satu atau dua. Kata sang penjaga toko, minimum order 200 buah.
Ada juga beberapa toko yang berjualan barang satuan, mungkin sampel yang sudah tak lagi dibutuhkan. Harganya cukup murah, ada satu kotak tas dijual hanya 20 yuan (Rp 25 ribu) per buah. Tas-tas itu, ketika sampai di Indonesia, harganya pasti di atas Rp 150 ribuan.
Blok G ini mungkin cocok juga untuk pasangan. Yang wanita nyangkut di bawah melihat tas, yang pria bisa ke lantai atas untuk melihat-lihat alat-alat komunikasi, jam dinding, jam tangan, dan berbagai perangkat elektronik. Tahu jam tangan harga Rp 50 ribuan yang kita lihat di mall-mall Indonesia? Mungkin dipesannya dari lantai dua Blok G pusat grosir Yiwu ini.
Harga barang di pusat-pusat perbelanjaan “standar” Tiongkok sudah bisa membuat kita geleng-geleng kepala. Bagi kita yang pedagang, harga “standar” sudah cukup untuk memberi untung besar ketika dijual lagi di Indonesia.
Kalau melihat harga di The China Yiwu International Trade City, kita mungkin bakal geleng-geleng sampai kepala berputar 360 derajat. Di Indonesia, sebuah kelereng biasa ukuran kecil mungkin dijual Rp 100 per buah. Di Yiwu? Satu kantong isi seratus biji hanya 84 sen, tak sampai 1 yuan. Berarti, seratus biji kelereng hanya sekitar Rp 1.000.
Di toko yang menyediakan berbagai merchandise olahraga. Mereka menjual gantungan kunci, syal, handband, handuk, bantal, boneka, dan berbagai barang dengan logo tim-tim sepak bola internasional.
Termasuk di antaranya miniatur pemain-pemain top seperti David Beckham. Salah satu produk yang paling diminati yaitu miniatur Beckham itu. Tingginya sekitar 15 cm, dengan ukuran kepala lebih besar dari badan. Kepalanya bisa goyang-goyang (bobbing head).
Kalau di Indonesia atau di toko-toko resmi, miniatur itu dijual di atas Rp 100 ribu. Bahkan mungkin sampai Rp 200 ribu. Tahu berapa harganya kalau pesan di sana? Hanya 6,8 yuan atau Rp 9.100. Mau pesan boneka bentuk diri sendiri atau tokoh karangan sendiri juga bisa. Syaratnya, harus pesan minimal 5.000 buah.
Ada pula toko yang menjual barang-barang novelty. Yaitu, barang-barang unik yang dijual untuk dikoleksi. Contohnya, aneka ragam replika perisai Inggris. Miniatur tokoh film Predator dan Transformer dari besi-besian, replika full size helm dan baju besi Inggris, dan sebagainya.
Barang-barang tersebut biasanya dijual di negara-negara Barat, di berbagai gift shop. Karena memang bukan barang massal, kita tak perlu beli dalam jumlah ratusan. Bahkan, boleh beli hanya satu set saja. Perisai Inggris yang cantik dipajang di dinding rumah, harganya cukup mahal, mencapai 2.800 yuan atau Rp 3,5 juta.
Kalau dijual di Amerika, di website ebay misalnya, harganya mencapai lebih dari Rp 10 juta per set. Ingin memajang replika baju besi Inggris? Harganya 7.500 yuan atau Rp 9,375 juta. Lumayan sangar, tingginya sampai 2 meter.
Soal barang-barang unik, banyak berada di bangunan pertama, atau bangunan lama Trade City. Blok A sampai E itu terkesan lebih sederhana. Kalau di Surabaya, seperti masuk Pasar Turi.
Tentu saja dengan jalan-jalan yang lebih lebar, suasana yang lebih bersih. Blok A sampai E itu berisi berbagai macam aksesori. Mulai untuk rambut, pakaian, dan lain-lain. Kancing, ritsluiting, pita rambut, atau jepit rambut, semua ada di sana.
Kumpulan blok tersebut mungkin juga merupakan toko mainan terbesar di dunia. Ada blok khusus mainan elektronik, ada blok khusus boneka, mainan plastik, bahkan ada toko khusus yang hanya menjual KARET GELANG. Jangan bayangkan karet gelang hias untuk rambut, tapi karet yang dipakai buat bungkus nasi warung-warung.
Di dalamnya, ada sejumlah toko yang menjual khusus berbagai bentuk Sinterklas. Ada yang ukuran manusia normal dan bisa bergoyang, boneka-boneka kecil. Ada pula toko yang menjual khusus topeng seram untuk kebutuhan Halloween.
Kalau bawa anak kecil ke Blok A pusat grosir Yiwu, hati-hati. Ada begitu banyak toko mainan di situ, anak Anda mungkin terus merengek tak mau pulang selama sebulan!